Manusia akan bertanggung jawab terhadap perbuatanya di hadapan Allah SWT.
Setiap manusia adalah pemimpin, dan setiap kepemimpinan akan dimintai pertanggung jawaban. Pertanggungjawaban komunal dan individul. Pertanggung jawaban komunal atau sosial dihadapan rakyat atau karyawannya, ini di dunia dan tanggungjawab individual di akhirat di depan hakim yang maha bijaksana. Di akhirat inilah para pemimpin tidak bisa bersilat lidah, tangan berbicara dan kaki menjadi saksi atas berbuatan dan perlakuan kepemimpinannya.
Menjadi pemimpin untuk rakyat adalah berat, namun ada yang lebih berat lagi adalah memimpin diri sendiri. Memimpin hatinya, pikirannya dan tindakannya. Karena dari diri inilah seseorang akan bisa memimpin masyarakat atau orang yang ada di tangan kanannya dengan adil dan ihsan atau tidak.
Tugas mulia dan utama seorang pemimpin adalah bukan sekedar berjanji dengan kata-kata, namun harus memberi bukti, mencari dan memberi solusi untuk membebaskan rakyat atau orang yang ada di tangan kanannya (yang dipimpinnya) dari segala macam ketakutan, ketidakpastian dan keterpurukan.
Pada akhirnya, kepemimpinan tetaplah harus diukur dari kebijakan apa yang akan dikerjakan dan apa telah dihasilkan.
Apakah ada jaminan dalam memberikan rasa aman, berkeadilan dan mensejahterakan atau tidak, bagi yg dipimpinnya (rakyat, karyawan dan lainnya).
Di sinilah pentingnya seorang pemimpin harus memiliki kecerdasan hati, pikiran dan tindakan sehingga dia mampu mengelola potensi rakyat/umat, membebaskan penderitaan umat, menyelamatkan keimanan dengan kelembutan hati dan kasih sayang.
Perlindungan Allah dan pintu surga terbuka serta menunggu seorang pemimpin yang menghidupkan jiwa mati, menegakkan keadilan dan ihsan. Keadilan dan ihsan adalah pancaran nilai ketuhanan dan kemanusiaan (taqwa) seseorang.
Tidak ada komentar